Kehidupan modern tidak lepas dari suara pekak. Pagi hari dibangunkan suara alarm, dering telepon, keluar rumah dikejutkan dengan deru truk, sirine ambulan, televisi, musik cadas, belum lagi dengung kulkas dan mesin pendingin. Ini terjadi sepanjang waktu.
Bagi penyandang tinnitus, suara-suara itu berkali lipat melengking kuat di telinga.
Tinnitus kini menjadi keluhan umum masyarakat biasa. Padahal dahulu hanya tentara pulang dari medan perang yang bisa terkena gangguan ini.
Tidak ada obat untuk tinnitus. Karena gangguan ini lebih bersifat psikologis, maka pendekatannya pun menggunakan mekanisme kejiwaan.
Sampai saat ini terapi paling menjanjikan adalah berdasarkan hasil penelitian lima tahun lalu mengenai aktifitas otak.
Dengan menggunakan pemindai yang berfungsi seperti magnetic resonance imaging (MRI), peneliti dari Amerika Serikat dan Eropa menemukan wilayah otak yang bertanggungjawab atas interpretasi suara dan emosi ketakutan yang ditunjukkan oleh mereka yang mengeluhkan tinnitus.
"Dengung suara di dalam kepala bahkan bisa amat parah pada orang-orang yang menderita gangguan pendengaran," jelas Dr Thomas J Brozoski, peneliti dari Fakultas Kedokteran Southern Illinois University di Springfield.
Bunyi itu diibaratkan seperti menyetel radio pada gelombang yang tidak jelas dengan volume maksimal.
Di sebagian apotek dan toko obat telah tersedia perangkat seperti player MP3 yang dikembangkan oleh audiologis dari Australia, dan diproduksi oleh Neuromonics. Perangkat ini berfungsi 'memutihkan' suara, disetel berbeda untuk setiap tingkat gangguan pendengaran. Harganya sekitar US$5 ribu untuk pemakaian paling tidak dua jam sehari selama enam bulan.
Terapi lain adalah menanamkan elektroda dan perangsang noninvasive magnetic. Keduanya berfungsi mengganggu gelombang dalam otak yang dihasilkan oleh dengungan tinnitus. Pasien menerima denyut setiap detik selama 20 menit.
Terapi ini masih kontroversial dan kadang-kadang hanya berhasil pada sebagian orang saja.
www.tips-fb.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar