Hepatitis C merupakan salah satu jenis hepatitis yang 'ganas' karena sering menyebabkan penyakit hati menahun. Ternyata penderita hepatitis C terbanyak di DKI Jakarta berasal dari pengguna narkoba.
Virus hepatitis C adalah virus yang secara genetik amat variatif dan memiliki angka mutasi tinggi, sehingga memungkinkan generasi virus yang beraneka ragam. Akibatnya belum ada vaksin yang berhasil dibuat untuk mencegah infeksi virus hepatitis C.
Kepala Dinas Kesehatan wilayah DKI Jakarta, dr Dien Emawati, MKes menuturkan berdasar survei yang dilakukan dari 11 rumah sakit di Jakarta pada tahun 2007-2009 diketahui sekitar 46 persen berasal dari pengguna narkoba, 32 persen penderita hepatitis C berada di usia produktif yaitu 30-39 tahun dan sebesar 18 persen berasal dari infeksi anggota keluarga.
"Untuk itu perlu ada penanganan yang intensif serta melakukan upaya preventif melalui edukasi pada masyarakat, misalnya dengan mengejar para kader karena lebih dekat dengan masyarakat," ungkapnya disela-sela acara simposium bertema Hepatitis Virus dan Penyakit Hati di Hotel Mega Anggrek, Jakarta, Rabu (12/1/2011).
Infeksi virus hepatitis C juga disebut sebagai infeksi terselubung (silent infection) karena pada infeksi dini seringkali tidak bergejala atau tidak ada gejala yang khas sehingga seringkali terlewatkan.
Virus ini diperkirakan telah menginfeksi secara kronik kurang lebih 170 juta jiwa di seluruh dunia dan menjadi salah satu penyebab penyakit hati kronik seperti sirosis dan kanker hati yang merupakan penyebab tersering transplantasi hati.
Sirosis terjadi pada 10-20 persen penderita hepatitis C kronik, dan kanker hati terjadi pada 1-5 persen penderita hepatitis C kronik dalam waktu 20-30 tahun. Serta sekitar 80 persen orang yang baru terinfeksi penyakitnya akan terus berkembang menjadi infeksi kronik.
Virus hepatitis C ditularkan lewat darah yang jalan utama infeksinya berasal dari transfusi darah atau produk darah yang belum diskrining (pemeriksaan), saling tukar jarum suntik oleh pengguna narkoba suntik (injecting drug user/IDU) serta jarum atau alat tato dan tindik yang tidak steril.
Sedangkan untuk jumlah penderita hepatitis B di Jakarta baru akan dilakukan surveinya tahun ini. Untuk penyakit ini sudah ada vaksinasinya, sehingga saat ini sedang diupayakan tindakan preventif dengan melakukan imunisasi secara aktif.
"Kalau cakupan vaksinnya tinggi, maka bisa teratasi dan terjadi penurunan prevalensi hepatitis di Jakarta. Selain itu harus ada akses terhadap pemeriksaan laboratorium dan obat yang murah," ungkap dr Dien.
dr Dien menuturkan dengan melatih sumber daya dari Puskesmas akan menjadi aset yang luar biasa, karena Puskesmas adalah ujung tombak pelayanan kesehatan dan berperan untuk deteksi dini.(detikHealth)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar