Lokasi tempat tinggal dapat mempengaruhi kecenderungan untuk melakukan bunuh diri. Penelitian menunjukkan, seseorang yang tinggal di dataran tinggi punya kecenderungan lebih besar untuk bunuh diri dibandingkan saat tinggal di dataran rendah.
Kesimpulan ini ditarik dari hasil penelitian Dr Barry Brenner dari University Hospitals Case Medical Center di Cleveland, Ohio. Penelitian tersebut mengamati kasus-kasus bunuh diri di 2.584 wilayah di segala penjuru Amerika Serikat sepanjang tahun 1979-1998.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal High Altitude Medicine & Biology ini membandingkan rata-rata angka bunuh diri di 50 wilayah yang lokasinya paling tinggi dengan 50 wilayah lain yang lokasinya paling rendah. Ketinggian kota-kota tersebut diukur dari permukaan air laut.
Hasilnya, wilayah-wilayah dengan tingkat bunuh diri paling besar kebanyakan berada di daerah pegunungan antara lain Colorado. Hubungan antara tingkat bunuh diri dengan ketinggian lokasi sebuah kota cukup signifikan meski sudah disesuaikan dengan faktor lain seperti status ekonomi dan lingkungan sosial.
"Memang ada faktor risiko lain pada orang-orang di wilayah pegunungan misalnya memiliki senjata api, hidupnya terisolasi dan penghasilannya rendah. Namun faktor ketinggian wilayah tetap berpengaruh meski sudah disesuaikan dengan faktor-faktor risiko tersebut," ungkap Dr Brenner seperti dikutip dari Time, Senin (17/1/2011).
Mengenai faktor ketinggian ini, Dr Brenner punya penjelasan ilmiah. Saat berada di tempat yang tinggi, tekanan barometrik lebih rendah sehingga tubuh kurang efisien mendistribusikan oksigen. Akibatnya, fungsi otak berkurang karena tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup.
Suplai oksigen yang tidak maksimal otak kesulitan mengontrol pelepasan hormon stres atau kortisol. Hormon ini jika tidak dikendalikan dapat memicu depresi yang pada akhirnya akan meningkatkan kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar