Waspadai! Bayi yang Lahir Tidak Bernyawa

Orang tua mana yang tidak terpukul jika mendapati buah hatinya dilahirkan dalam kondisi tidak bernyawa. Meski kadang memang tidak terhindarkan, risiko bayi lahir mati atau dikenal juga dengan istilah stillbirth bisa diantisipasi sejak dini.

Dalam banyak kasus, stillbirth bisa terjadi pada janin hanya beberapa saat menjelang saat dilahirkan. Namun definisi stillbirth sebenarnya lebih luas, yakni mencakup kematian janin yang telah memasuki usia kehamilan 20 minggu atau lebih.

Kondisi yang meningkatkan risiko mengalami stillbirth adalah kehamilan kembar 2 atau lebih, serta kehamilan pada wanita berusia lebih dari 35 tahun. Selain itu, risiko mengalami stillbirth juga lebih tinggi pada ibu hamil yang mengalami overweight (kelebihan berat badan).

Karena siapapun bisa mengalaminya, dianjurkan agar para ibu hamil tak sungkan-sungkan untuk sering-sering mengonsultasikan kandungannya ke dokter. Apalagi jika sang ibu memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko yang telah disebutkan di atas.

Berikut ini adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi risiko stillbirth.

1. Periksa pergerakan janin
Salah satu indikasi bahwa janin dalam kondisi sehat adalah adanya gerakan janin yang aktif di dalam kandungan. Bayi yang sehat biasanya bergerak-gerak sekitar 10 kali dalam sehari. Segera periksakan kandungan jika gerakan janin melemah, semakin jarang atau bahkan tidak terdeteksi.

2. Turunkan berat badan
Ibu hamil yang mengalami obesitas dan kegemukan (overweight) punya risiko lebih tinggi untuk mengalami stillbirth. Risikonya bisa lebih tinggi jika ibu hamil juga mengidap diabetes. Karena itu, langkah paling bijak adalah melakukan diet untuk mengurangi berat badan sebelum merencanakan kehamilan.

3. Pertimbangkan usia sebelum hamil
Dalam kaitannya dengan risiko stillbirth, usia ideal bagi wanita untuk punya anak adalah 35 tahun ke bawah. Kalaupun ingin punya anak di atas usia tersebut, misalnya 40 tahun, lakukan antisipasi dengan menjaga kondisi fisik dan asupan nutrisi yang baik. Jangan lupa, sering-seringlah mengonsultasikan kandungan ke dokter.

4. Periksa USG
Mengonsultasikan kandungan ke dokter saja kadang tidak cukup untuk mengetahui pasti kondisi kesehatan janin. Lakukan pemeriksaan Ultrasonografi (USG) untuk melihat pergerakan janin, sekaligus mengantisipasi risiko adanya berbagai macam kelainan pada janin.

5. Waspadai nyeri dan perdarahan
Beberapa wanita tak mau buang-buang waktu pergi ke dokter kalau hanya untuk melaporkan rasa nyeri pada kandungannya. Padahal jika punya faktor risiko mengalami stillbirth, nyeri sekecil apapun harus diwaspadai apalagi jika disertai dengan perdarahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar