Pendarahan, Indikator Kehamilan Bermasalah !

Tak dapat disangkal jika sang ibu tampak bahagia mendapati dirinya mengandung, akan tetapi menjadi lain ceritanya jika kehamilan tersebut mengalami perdarahan. Jika timbul perdarahan ini maka sudah menunjukkan adanya ketidaknormalan dan patut diwaspadai. Kendatipun timbul bercak-bercak yang terkadang disepelekan, dapat juga menimbulkan malapetaka.

Perdarahan trimester I kehamilan disebut juga perdarahan kehamilan muda yang merupakan perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 22 minggu. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan jelas berbeda untuk setiap kasus. Jika hal ini sudah terjadi hendaknya ibu hamil harus segera diperiksa untuk mengetahui penyebabnya agar mendapatkan tindakan medis yang tepat. Sedikit gambaran di bawah ini tentang perdarahan pada kehamilan yang sering terjadi:
1. Keguguran (Abortus)
Yaitu terminasi dini kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu yang berakhir dengan kematian embrio atau fetus. Penyebab terjadinya abortus diakibatkan karena
*Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, yaitu seperti kelainan jumlah kromosom, lingkungan kurang sempurna (anatomi yang tidak sempurna, kurangnya nutrisi, dll) dan pengaruh dari luar (radiasi, dll).
*Kelainan plasenta, seperti plasenta yang letaknya berada di bawah menutupi jalan lahir dan apabila terjadi kontraksi akan timbul perdarahan.
*Penyakit pada ibu, seperti TORCH-KM (Toxoplasma, Rubella, Citomegalovirus, Herpes, Klamidia, Mikoplasma).
*Kelainan traktus genitalis, yaitu bisa karena tumor, myom, rahim bertanduk dua, dll.

Komplikasi yang terjadi dari peristiwa abortus ini antara lain:
*Perdarahan
*Perporasi, kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti dukun atau bidan
*Infeksi dan tetanus
*Payah ginjal akut
*Syok.

2. Kehamilan di Luar Kandungan (Kehamilan Ektopik)
Yaitu kehamilan yang berlangsung di luar endometrium yang normal (kavum uteri). Lokasi kehamilan ektopik meliputi kehamilan tuba (95-98%), kehamilan servikal, kehamilan ovarium, kehamilan abdomen, kehamilan intralegamenter.
Berikut faktor resiko terjadinya kehamilan ektopik:
*Faktor tuba, seperti penyempitan lumen tuba, tuba sempit, panjang dan berlekuk-lekuk, memiliki riwayat salfingitis, kelainan anatomi tuba akibat ekspos Diethyl Stilbesterol intrauteri, riwayat operasi pada tuba falopi termasuk pasca tubektomi, serta pasca terapi konservatif pada kehamilan ektopik.
*Kelainan zygot.
*Faktor ovarium.
*Hormon eksogen, yakni pasien dengan kontrasepsi oral yang hanya mengandung progestin, serta efek relaksasi otot polos progesteron.
*Faktor lain, seperti AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) terutama penggunaan IUD, merokok, usia tua, dan riwayat abortus yang sering terjadi.

Gejalanya berupa nyeri panggul atau abdomen yang bersifat terlokalisir atau menyebar, bisa juga nyeri subdiafragma atau nyeri bahu tergantung ada tidaknya perdarahan intra-abdominal. Perdarahan uterus abnormal (biasanya berupa bercak perdarahan) terjadi pada 75% kasus. Dan 50% penderita KE mengeluhkan adanya spotting pada saat menstruasi yang dinanti sehingga tak jarang dugaan kehamilan hampir tak ada. Serta penderita mengalami pusing, dan pandangan berkunang-kunang.

Kematian kehamilan ektopik terjadi bila ada perdarahan kehamilan tuba interstisial yang menimbulkan perdarahan banyak dan mendadak, infeksi sampai sepsis atau syok septic atau kelambatan melakukan rujukan. Pada kebanyakan kasus, kehamilan berakhir antara minggu ke-6 dan ke-10 dalam salah satu dari beberapa cara yaitu abortus tuba.

3. Hamil Anggur (Mola Hidatidosa)
Penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan generasi kistik vili dan perubahan hidropik. Atau dengan kata lain merupakan jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Ibu hamil yang mengalami kondisi ini harus segera dikuret. Penyebab hamil anggur ini tidak diketahui pasti, tapi faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya mola hidatidosa antara lain:
*Keadaan sosioekonomi rendah
*Kekurangan protein
*Paritas tinggi
*Faktor ovum, ovum yang sudah patologik sehingga mati tetapi terlambat dikeluarkan
*Infeksi virus dan jumlah kromosom yang belum jelas.

Gejala mola hidatidosa tidak seberapa berbeda dengan kehamilan biasa, seperti mual, muntah, pusing dll. Hanya saja derajat keluhannya lebih hebat. Perdarahan merupakan keluhan utama. Sifat perdarahan bisa intermiten, sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian. Gejala perdarahan biasanya terjadi antara bulan pertama sampai ketujuh dengan rata-rata 12 – 14 minggu.
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh karena perdarahan, infeksi, eklamsia, payah jantung dan tirotoksikosis. Sebagian besar pasien mola akan segera sehat kembali setelah jaringan dikeluarkan. Tetapi ada sekelompok wanita yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma, maka dilakukan pengobatan dengan kombinasi terapi yaitu kemoterapi bersama terapi sinar. Dengan pengobatan ini dapat dicapai 87% remisi.


Sumber: www.artikel-kesehatan-online.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar