Lampu Hemat Energi Mengandung Merkuri


KONON lampu hemat energi yang ramah lingkungan atau eco-bulbs memiliki risiko berbahaya dibandingkan lampu konvensional.

Dari hasil uji coba di Inggris, lampu hemat energi yang ramah lingkungan itu apabila pecah akan melepaskan zat merkuri kadar tinggi. Kadar uap zat merkuri yang terlepas 20 kali melebihi batas aman dalam ruangan.

Penelitian itu juga menyebutkan lampu yang pecah berpotensi membahayakan kesehatan ibu hamil, bayi, dan anak-anak.
Di Inggris, kekhawatiran itu utamanya ditujukan pada lampu jenis compact fluorescent lamps (CFLs) yang paling banyak digunakan.

Ketua Badan Lingkungan Federal (FDA) Inggris Jochen Flasbarth menuturkan, ''Kandungan merkuri memang merupakan kelemahan dari lampu hemat energi ramah lingkungan. Maka itu, sekarang yang dibutuhkan adalah teknologi yang bisa mencegah polusi akibat merkuri.''

Ia menuturkan, keuntungan dan dampak positif dari lampu hemat energi sebaiknya memang diimbangi keamanannya terhadap kesehatan manusia.

Dalam sebuah uji coba di Jerman, para peneliti juga menemukan bahwa beberapa jenis lampu tak memiliki pelindung dan bisa langsung pecah jika suhunya terlalu panas.

Kadar merkuri yang berada di lantai setelah lampu pecah lalu diukur dan diketahui kadarnya cenderung meningkat meski setelah 5 jam pecah. Pada akhirnya, juru bicara FDA pun menyarankan agar anak-anak dan para perempuan hamil sebaiknya tidak berada di dekat lampu hemat energi guna menghindari risiko yang terjadi seperti pecahnya lampu.

Di sisi lain, Badan Pelindung Kesehatan mengatakan CFL yang pecah tidak akan membahayakan kesehatan asalkan ruangan memiliki ventilasi yang baik sehingga ada cukup cahaya yang mampu mengevakuasi efek buruk lampu selama 15 menit.

Bila pun pecah, saat membersihkan pecahan lampu, kita disarankan menggunakan sarung tangan pelindung. Kemudian sarung tangan dan pecahan dibungkus dalam satu kantong plastik yang diikat kencang.

mediaindonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar