Kebiasaan menyeduh susu dengan air panas bersuhu tinggi banyak dilakukan orang. Padahal cara tersebut tidaklah benar karena suhu yang terlalu tinggi justru akan merusak protein di dalam susu.
Cara menyeduh susu yang benar adalah dengan menggunakan air yang tidak terlalu panas atau suhunya di bawah 70 derajat celsius.
"Jangan menuangkan air mendidih untuk bikin susu, karena bisa merusak kandungan proteinnya. Sebaiknya gunakan air hangat yang suhunya di bawah 70 derajat celsius," ujar dr Samuel Oentoro, MS, SpGK, ahli gizi klinik FKUI-RSCM dalam acara peluncuran Logo baru Frisian Flag dan Kampanye 'Raih Esokmu' di Ballroom Ritz Charlton, Jakarta, Jumat (10/12/2010).
dr Samuel menambahkan jika menggunakan air panas dari dispenser sebaiknya jangan langsung menuang air panas dalam susu lalu mencampur air dingin. Tapi air panas dan dingin dari dispenser dicampur terlebih dahulu baru air campurannya dibuat untuk menyeduh susu.
Begitu juga jika ingin menghangatkan susu yang dibeli dalam bentuk susu cair cukup dihangatkan sebentar saja tidak perlu sampai mendidih. Dan sebaiknya susu yang dibuat segera diminum, karena kalau dibiarkan akan memungkinkan terjadinya oksidasi.
"Simpanlah susu di tempat yang kedap udara dan tidak lembab, misalnya pada susu kaleng pasti sering di buka tutup, jadi sebaiknya disimpan di tempat yang tidak lembab untuk menghindari kontaminasi," ujar dokter yang berpraktek di di Semanggi Spesialist Clinic.
Selain itu tidak ada kata terlambat untuk minum susu, karena banyak manfaat yang bisa didapat. Saat masih bayi susu terutama ASI merupakan sumber nutrisi yang baik. Saat anak-anak dan remaja susu baik untuk pertumbuhan. Sedangkan saat dewasa susu bisa membantu menjaga jumlah kalsium di dalam darah agar tetap normal.
"Susu yang dikonsumsi mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin B1, B12, A, D dan K, kalsium,mineral dan lactoferin yang sangat penting untuk menstimulasi sistem kekebalan tubuh terutama pada anak-anak," ungkapnya.
Bagi orang yang berusia di atas 30 tahun sebaiknya pilihlah susu low-fat (rendah lemak) sedangkan untuk yang sudah menopause sebaiknya pilihlah susu yang non-fat (tidak mengandung lemak).
dr Samuel menuturkan saat ini konsumsi susu di Indonesia sudah meningkat dari 7,7 liter per kapita per tahun pada tahun 2008 menjadi 11,7 liter per kapita per tahun pada tahun 2010.
Meski demikian angka ini masih lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Thailand (37,1 liter per kapita per tahun) dan Vietnam (12,1 liter per tahun per kapita).
ver/ir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar