Kualitas pertemanan akan terlihat ketika seseorang mengalami kesusahan, misalnya saat sakit. Hubungan antara kesehatan dengan pertemanan cukup erat, sebab penelitian membuktikan remaja yang sakit-sakitan cenderung tidak punya banyak teman.
Namun kondisi ini sering tidak disadari, sebab biasanya remaja yang sakit tidak merasa ada masalah dengan pertemanannya. Jika disuruh menyebut nama teman-teman yang akrab dengannya, maka jumlahnya tidak jauh berbeda dengan yang disebutkan remaja lain yang sehat.
Sebaliknya ketika remaja sehat diminta menyebut nama teman yang dianggap akrab, remaja yang sakit-sakitan paling jarang masuk dalam daftarnya tersebut. Artinya, remaja yang sakit-sakitan hanya merasa punya banyak teman meski sebenarnya tidak banyak yang menganggapnya teman.
Fakta menyedihkan ini terungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh Steven Haas, ilmuwan dari Arizona State University. Hasil penelitian ini dimuat dalam jurnal yang diterbitkan oleh Center for Advancing Health.
Tak kurang dari 2.060 remaja usia sekolah di seluruh penjuru Amerika Serikat dilibatkan dalam penelitian terebut. Haas mensurvei para remaja dalam kurun waktu 2 tahun sejak 1994 dan butuh bertahun-tahun untuk menganalisisnya.
Hasilnya memang cukup menyedihkan, remaja yang kurang sehat punya peluang 20 persen lebih kecil untuk masuk dalam daftar pertemanan remaja-remaja lainnya. Untungnya hal ini tidak disadari oleh remaja yang sakit tersebut, sehingga tidak mempengaruhi semangatnya untuk sembuh.
"Remaja yang sakit cenderung menilai kualitas pertemanannya lebih baik dari yang sesungguhnya. Memang belum disimpulkan apakah kesehatan yang mempengaruhi pertemanan, atau sebaliknya pertemanan yang mempengaruhi kesehatan," ungkap Haas seperti dikutip dari Healthday, Kamis (9/12/2010).
detikHealth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar