Oleh: Retty N. Hakim
Setiap orang yang memiliki anak dengan label Autisme maupun spektrum lainnya seringkali merasa kecil hati akan masa depan anak-anaknya. Sebenarnya kita tidak boleh berkecil hati tapi juga tidak boleh membiarkan hidup berjalan terus seakan tidak ada hal yang perlu diperhatikan.
Terkadang juga orang bahkan psikolog terlalu cepat melabel seorang anak. Anak kembar saya pernah dilabel ADD (Attention Deficit Disorder) oleh seorang psikolog yang baru lima menit bertemu dengan mereka.
Saat itu usia mereka baru sekitar dua atau tiga tahun. Mereka ikut belajar musik untuk balita yang katanya di pantau oleh psikolog. Setelah belajar selama tiga bulan ada kesempatan evaluasi dengan psikolog. Pertemuan pertama kami dengan psikolog sedikit kacau, anak-anak saya tidak tertarik sama sekali pada kartu-kartu di tangan beliau. Mereka juga tidak mau saya tinggal sendiri bersama sang psikolog. Mereka juga ngotot mengatakan "meja" untuk gambar yang menyerupai sebuah bangku piano dengan kaki macan. Pokoknya ujung-ujungnya anak kembar saya di vonis butuh terapi karena termasuk ADD.
Tentu saja saya bingung karena menurut saya mereka normal-normal saja. Malahan sebenarnya saya mencurigai kakak mereka yang ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder) dan saya berminat mengajaknya ketemu psikolog tersebut di kemudian hari. Jadilah saya sibuk menelpon kesana kemari konsultasi pada teman-teman saya yang memang berasal dari jurusan psikologi. Setelah sempat "down" dan kebingungan "curhat" kiri kanan, saya pilih percaya pada hati saya saja.
Artikel ini bukan bertujuan mengupas tentang Autisme dan spektrum-spektrumnya karena saya bukan ahlinya, tapi sekedar ingin mengingatkan bahwa agar tidak mudah melabel anak ataupun memvonis anak bermasalah. Hal lain yang ingin saya ungkapkan adalah bahwa kalau anak ternyata sungguh-sungguh memiliki masalah maka yang diperlukannya adalah bimbingan dengan kasih.
Mungkin bentuk bimbingan ini bentuknya akan berbeda dengan bimbingan bagi anak-anak lain seusianya tetapi pada dasarnya setiap anak memang membutuhkan bimbingan dari orang tua.
Ada seorang teman arsitek Amerika yang disleksia. Terus terang saya agak bingung juga bahwa dia bisa menjadi arsitek karena saya dengar dia masih sering bingung dalam membedakan beberapa huruf. Tapi jiwa senimannya tampaknya tinggi sekali sehingga dia hanya keringat dingin kalau harus memberikan presentasi, selebihnya dia menguasai bidangnya.
Ada lagi kisah tentang Albert Einstein dan Thomas Alva Edison yang juga sering disebutkan dalam penanganan anak dengan Autisme maupun ADHD. Kisah tentang mereka bisa dibaca lebih mendalam di http://www.budenje.hr/en/albert_einstein.php dan http://www.budenje.hr/en/thomas_edison.php.
Di Indonesia juga ada sebuah kisah tentang seorang Harry Dharsono. Dia juga sempat mendapatkan label sebagai anak dengan masalah Autisme dan ADHD. Salah satu bentuk perjuangannya keluar dari kungkungan autism dan ADHD saya temui di Museum Nasional beberapa waktu yang lalu, yakni sebuah hasil adi busana yang diberinya judul Naive. Di label yang tertempel dalam pameran Métissages ini diterangkan bahwa gaun ini adalah bagian dari terapi Autisme dan ADHD yang dijalaninya.
Gaun itu memang indah dengan segala pernak-pernik yang indah menawan. Tapi saya tidak hanya tertegun oleh keindahan sebuah gaun melainkan juga oleh "isi" dan "pesan" yang dibawa gaun ini.
Tiada penghalang bagi keberhasilan, yang perlu adalah pendampingan yang terus-menerus dan cinta kasih yang tak terbatas. Sama seperti artikel saya terdahulu tentang Hee Ah Lee pemain piano yang hanya memiliki empat jari tangan (lihat di wikimu http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=1790), cinta yang besar mengalahkan semua tantangan.
Beberapa kesaksian dari orang tua anak-anak yang memiliki masalah autisme yang pernah saya baca menunjukkan betapa sering orang tua yang kebingungan malah menjadi saling menjauh dan akhirnya berpisah. Sebenarnya dengan dukungan penuh kedua orang tua dan kekuatan cinta yang saling menopang mereka sekeluarga keberhasilan itu lebih mudah diraih.
Ada yang menjadi perjuangan seumur hidup, tapi tidak sedikit yang berhasil. Berikan cinta dan temukan dimana "passion" anak-anak ini berada, kuatkan dan biarkan mereka bertumbuh. Allah akan menyirami dan menumbuhkan mereka dengan cinta kita.
Sumber: www.artikel-kesehatan-online.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar