Nonton film 3 dimensi di bioskop lebih dianjurkan dibandingkan menontonnya sendiri di rumah. Teknologi yang dipakai pada produk-produk televisi 3 dimensi yang ada saat ini bisa memicu mata lelah, pusing, mual dan sakit kepala.
Salah satu alasannya adalah jarak penonton yang terlalu dekat dengan layar televisi, sebab televisi biasanya ditempatkan di ruangan yang berukuran lebih kecil dibandingkan bioskop. Semakin dekat dengan layar, semakin terasa dampaknya terutama di mata dan kepala.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Eindhoven University di Belanda mengungkap, 20 persen pengguna televisi 3 dimensi mengalami gejala tidak enak saat menonton. Dalam penelitian ini, jarak penonton dengan layar televisi rata-rata 10 kaki atau sekitar 3 meter.
Dikutip dari Dailymail, Minggu (19/12/2010), 7 dari 39 responden yang diteliti mengaku sering merasa mual dan sakit kepala setelah menonton televisi tersebut. Gangguan ini muncul tidak serta merta, biasanya diawali dengan gejala penglihatan ganda dan ketegangan pada mata.
Selain karena jarak yang terlalu dekat, teknologi yang dipakai pada televisi 3 dimensi juga berpengaruh. Ada 2 jenis televisi 3 dimensi yang beredar saat ini yakni TV aktif dan TV pasif, masing-masing punya teknologi yang berdeda dan tidak semuanya sesuai dengan kemampuan mata manusia.
TV aktif dijual dengan harga lebih murah, namun memberikan beban lebih berat pada mata. Kacamata khusus yang digunakan pada jenis televisi ini membutuhkan baterai untuk menutup mata kiri dan kanan secara bergantian dan sangat cepat sehingga menghasilkan efek 3 dimensi.
Karena polarisasi gambar terjadi di kacamata, maka jarak pengolahan gambar menjadi sangat dekat dengan mata. Akibatnya beban mata menjadi leih berat dan cepat mengalami ketegangan yang memicu berbagai ghejalatidak enak seperti mual dan sakit kepala.
Jenis lainnya adalah TV pasif, yakni televisi 3 dimensi dengan teknologi yang sama dengan yang dipakai di bioskop-bioskop moderen. Pada jenis ini, polarisasi terjadi di layar sehingga kacamata yang digunakan lebih sederhana dan tidak terlalu memberi beban lebih pada mata.
The Royal College of Opthalmologists di Inggris mendukung hasil penelitian ini dengan mengakui adanya dampak jangka pendek dari penggunaan televisi 3 dimensi terhadap kesehatan mata. Namun untuk memastikan dampak jangka panjangnya, lembaga ini menyarankan adanya penelitian lebih lanjut.
"Saya pikir menonton televisi 3 dimensi tidak akan menyebabkan mata rusak. Namun jika terlalu lama menonton, sakit kepala ringan adalah dampak dari ketegangan pada mata," ungkap Jogh Lee, presiden The Royal College of Opthalmologists.
Lee juga menganjurkan sebaiknya kacamata 3 dimensi tidak digunakan pada anak di bawah 8 tahun sebab pada masa tersebut otot mata masih berkembang. Penggunaan kacamata 3 dimensi dikhawatirkan bisa mempengaruhi perkembangannya.
detikHealth.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar