Perlukah Pasien Rawat Inap Ditunggui Keluarga?

Mengizinkan keluarga untuk menunggui pasien rawat inap merupakan dilema bagi rumah sakit. Di satu sisi keluarga bisa memberi dukungan bagi kesembuhan pasien, di sisi lain ada risiko penularan penyakit dan suasana gaduh.

Adanya risiko penularan penyakit menjadi pertimbangan bagi rumah sakit untuk membatasi jumlah penunggu pasien rawat inap, khususnya di bangsal-bagsal yang ditempati oleh banyak pasien. Penularan yang terjadi selama berada di lingkungan rumah sakit dikenal dengan istilah infeksi nosokomial.

"Banyak kasus ketika pasiennya sembuh, keluarga yang menunggui selama rawat inap malah akhirnya jatuh sakit," ungkap Dr Budi Hartono, SE, MARS, saat ditemui dalam sidang promosi doktoral di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Depok, Selasa (4/1/2011).

Dalam sidang tersebut, Dr Budi yang merupakan staf peneliti di Center for Health Administration and Policy Studies (CHAMPS), FKM UI memaparkan hasil penelitian untuk desertasinya yang berjudul Pengembangan Model Pengukuran Kinerja Rumah Sakit untuk Mencapai Misi Rumah Sakit di Indonesia.

Risiko lain yang harus ditanggung jika jumlah penunggu pasien rawat inap tidak dibatasi adalah suasana gaduh di bangsal perawatan. Bagi pasien lain yang juga dirawat di tempat itu, suasana gaduh karena banyaknya penunggu membuat istirahat terganggu dan bukan tidak mungkin justru memperlama proses kesembuhan.

Meski begitu Dr Budi kurang sepakat dengan adanya larangan bagi keluarga untuk menunggui pasien rawat inap. Bagaimanapun, beberapa pasien menganggap pendampingan keluarga sangat penting bagi proses kesembuhan meski sebenarnya sudah ada dukungan dari tenaga medis yang merawatnya.

"Kalau bisa malah difasilitasi saja, disediakan ruang khusus bagi penunggu. Bentuk dukungan semacam itu seharusnya bisa dikelola," tambah Dr Budi.

Dalam desertasinya, Dr Budi menggolongkan bentuk kepedulian rumah sakit terhadap kebutuhan pasien ke dalam pilar patient ceteredness. Rumah sakit harus memenuhi sejumlah pilar termasuk pilar patient centeredness untuk menjamin ketercapaian misi pelayanannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar